Menyukai Atau Membenci

 

Menilai Lukisan

 

Menyukai atau membenci , terkadang tanpa karena dan sebab.

Kita tidak bisa merubah ketika seseorang tidak menyukai ataupun membenci kita , tapi ketika kita menanggapi , sama dengan menyiram bahan bakar pada bara dan tak jarang kita sendiri ikut berkobar.

Kita tidak bisa melarang ketika seseorang menyukai ataupun mengagumi kita , tapi ketika kita menanggapi , sama dengan memberi kesempatan untuk lebih dekat.
Kalau tidak ada niatan serius , kita mungkin mendapat senang sesaat namun itu hanyalah membuang-buang waktu dan bisa saja terjadi suatu ketika ternyata malah menyakiti hati.

Rahayu sagung dumadi

 
                                                                            Yoga Hart , SOTR Des 2019
 

=================================================

Jangan Jadi Pohon Yg Lurus

 
Pohon Yg Lurus
 

“Jangan jadi pohon yg lurus , karena akan ditebang lebih dulu.”

Seorang teman di Ketapang , Kalbar , yg bekerja di Perhutani pernah mengatakan sambil bercanda : “Ada gurauan di Perhutani , jangan jadi pohon yg lurus , karena akan ditebang lebih dulu.”
Kejadiannya dua puluhan tahun yg lalu !

Apa artinya ??
Di jaman Orde baru , pandangan masyarakat pada PNS , mencari seorang yg jujur sama dengan mencari jarum di tumpukan jerami. Ada , tapi amat sangat sulit , yg jujurpun mau tak mau musti berpandai-pandai sikap , agar tidak disingkirkan , ditebang !

Kesimpulannya , kalimat itu hanya cocok untuk orang jujur yg -terpaksa- berada di antara orang curang. Seperti yg dialami temanku itu.

Adakah kalimat itu bisa diterapkan dalam hal lain ?
Menurutku , bisa ! Yaitu dalam bisnis. Bukan berarti musti berbohong tentang materi atau nilai bisnis , namun untuk bernegosiasi dan mengkondisikan diri. Semua pebisnis berharap keuntungan , tapi tanpa harus merugikan.

Namun secara umum , kalimat itu tidaklah tepat diterapkan sebagai prinsip dalam kehidupan kita , betapapun kita belum bisa jadi orang jujur , belum mampu jadi orang baik , tetaplah berusaha dan berusaha . . karena “Kejujuran adalah pelita jiwa.”

Belajar tentang hal baik , bisa dari yg baik bahkan sebaliknya.
Seperti tertulis :

Ex vitiis alienis sapiens emendat suum.
( Orang bijak bisa memperbaiki diri dengan belajar dari kesalahan orang lain. )

Rahayu Sagung Dumadi.
                                                                         Yoga Hart , S.O.T.R   2019
 

=================================================

Bila Kita Inginkan . . .

 

Life Hope

 

Bila kita inginkan bahagia … , berarti kita harus siap menderita …

Bila kita inginkan cinta … , berarti kita harus siap benci …

Bila kita inginkan budi … , berarti kita harus siap dendam …

Bila kita inginkan keberadaan … , berarti kita harus siap ketiadaan …

Bila kita inginkan kaya … , berarti kita harus siap miskin …

Bila kita inginkan kenyang … , berarti kita harus siap lapar …

Bila kita inginkan senang … , berarti kita harus siap susah …

Bila kita inginkan gembira … , berarti kita harus siap sedih …

Bila kita inginkan keramaian … , berarti kita harus siap kesepian …

Bila kita inginkan indah … , berarti kita harus siap buruk …

Bila kita inginkan untung … , berarti kita harus siap rugi …

Bila kita inginkan diutamakan … , berarti kita harus siap disisihkan …

Bila kita inginkan …….. , berarti kita harus siap ……..
.

Nah maukah kita dengan semua keadaan yg berada di posisi belakang ?
TIDAK !!!
SIAP bukan berarti MAU ,
Siap berarti menyikapi , menghadapi , mengatasi , menerima , menghayati ,
bila kita berada pada keadaan yg tidak kita harapkan , bahkan yg tak terduga.

Tidak semua keinginan kita akan terlaksana , tidak semua harapan kita akan terkabul.
Tidak semua keinginan kita yg terlaksana dan harapan yg terkabul , sesuai dengan apa yg kita mau , tepat pada waktu yg kita rencanakan.
(Betapapun khusuk doa yg kita panjatkan , betapapun keras usaha kita)

Menyikapi bermakna memandang semua dengan rasa jernih dan pikir tenang , bahwa itu semua memang bisa terjadi , tidak hanya berkeluh kesah , tidak seketika terpuruk patah semangat.

Mengatasi bermakna semua ada jalan keluar , pilihan terbaik dari yg terburuk sekalipun , hasil terparahpun layak disyukuri , daripada hilang begitu saja.

Menerima bermakna menyikapi dengan bijak , dan mengatasi dengan ikhlas , kesadaran (eling) bahwa kita tidak bisa lari dari kenyataan dan tak patut mengelak dari keadaan sebenarnya.

Menghayati bermakna mengambil hikmah dari setiap kejadian agar kita semakin mawas diri , menjadikannya sebagai pelajaran dan pengalaman baru.

Bila kita inginkan hidup … , berarti kita harus siap mati ………

 
                                                                           Yoga Hart , S.O.T.R , Sept 2010
 

=================================================

Bahasa Yang Sama

 

mother theresa_ok_024103902687036731088..jpg

 

Andai semua manusia belajar dan memahami bahasa yg sama . . .

Bukan berarti takkan ada kesalahpahaman ,
namun akan mengupayakan saling pengertian ,
sebelum menjadi permusuhan.

Bukan berarti takkan ada kecurigaan ,
namun akan mencoba mengetahui ,
sebelum menjadi ketidakpercayaan.

Bukan berarti takkan ada perbedaan ,
namun akan menerima tanpa hendak merubah ,
sebelum menjadi keyakinan bahwa yg beda adalah salah dan buruk.

Bukan berarti takkan ada keinginan memiliki lebih banyak ,
namun akan terkendalikan oleh belas kasih dan berbagi ,
sebelum menjadi keserakahan.

Bukan berarti takkan ada kesedihan dan duka ,
namun akan menjadi lebih ringan oleh penghiburan ,
sebelum menjadi keprihatinan dan menyakiti jiwa.

Bukan berarti takkan ada kelaparan dan sakit ,
namun akan dikenyangkan dan disembuhkan ,
sebelum menjadi kematian !

Bukan berarti takkan ada musibah ,
namun bantuan dan pertolongan bagai ikut menanggung ,
sebelum kesendirian dan ketakberdayaan menjadi bencana susulan.
.

Andai semua manusia belajar dan memahami bahasa yg sama . . .
. . . . b a h a s a   C I N T A   K A S I H . . . . .

 
                                                                              S.O.T.R , Nov 2019
 

——————————————————————————————————————-

Selamat berhari minggu ,
Selamat memasuki masa ADVEN , untuk menyambut NATAL.

=================================================

KESETIAAN itu bukan hanya karena halal atau haram.

 

0bd91734a5f0c2357c85b336f667ce4b

 

Mereka yg memilih untuk sendiri , adalah orang-orang yg menjaga hatinya dari lara karena ketidaksetiaan pasangan yang tidak halal.
Karena mereka yakin pasangan yang telah dipilihkan ALLAH akan dia jumpai ketika waktu telah siap untuknya.

.

Hmmm… ada orang yg musti bertemu dengan orang yg “salah” terlebih dahulu agar mengerti lalu memperbaiki diri untuk suatu saat nanti dipertemukan dengan orang yg “tepat” untuknya.

“Salah” bisa bermakna ‘tidak setia’ , ‘boros/berfoya-foya’ , ‘tidak menghargai/menghormati’ , ‘tidak punya pendirian’ , dan berbagai sifat yg berpengaruh besar ketika bersama mengayuh biduk mengarungi samudra kehidupan.

KESETIAAN itu bukan HANYA karena halal atau haram.

Halal dalam kalimat dimaksud adalah pernikahan sah secara agama Islam dan sah secara hukum negara.
Bila salah seorang bukan muslim , musti mengucap dengan keyakinan dua kalimah syahadat , mulai belajar tentang Islam , barulah memulai prosesi pernikahan.

Kalau yg non muslim wanita lebih mudah , namun bila yg non muslim laki-laki , tanggung jawab sebagai imam keluarga menuntut selain memberi nafkah , pakaian , tempat tinggal , kasih sayang , iapun musti bisa mendidik , mengajar istri baik dalam agama maupun dalam bab akhlak dan adab kehidupan sehari-hari (padahal si istri lebih dulu faham , lebih dulu khatam Qur’an , hafal ayat dan hadits nabi , … akan sabarkah istri dengan ke’bodoh’an suaminya ?)

Kembali ke soal KESETIAAN.
KESETIAAN adalah sifat baik sebagaimana KEJUJURAN , KERENDAHAN HATI (Tawadhu) , dan lain sebagainya.
Ianya adalah anugrah lahir , kalaupun timbul karena kesadaran (tinarbuko/hidayah) musti dipelihara terus menerus. Artinya , kalau sebelumnya TIDAK MEMILIKI atau tidak menanamkan dengan kesungguhan sejak awal , berat teramat sulit bila hanya karena halal (pernikahan) sifat itu akan kokoh bertahan dalam hati dan jiwa.

Terlebih ketika berbagai persoalan kehidupan menghampiri , melihat pohon di halaman tetangga lebih subur dan lebat buahnya , atau -yg paling “parah”- mantan melambaikan kenangan indah , hahaha…
Yg “lebih parah” , dalam keadaan sadar dan sehat jasmani rohani , menyimpan nomer hape , contact di FaceBook , foto-foto kenangan , dan harapan suatu saat bisa menjalin silaturahmi , padahal nasehat seorang ustadz , “mulailah kehidupan baru , hapus semuanya , buanglah mantan pada tempatnya. Hehehe…

Kesempatan ke dua ?
Sebagian orang patutlah bersyukur bila kesempatan kedua selalu ada , tinggal bagaimana memanfaatkan waktu dan keadaan , bila saling melengkapi merajut kebahagiaan di dunia dan In Syaa ALLAH bersama menuju Jannah , adalah tujuan mulia pernikahan … bukan sekedar “daripada hidup sendiri”.
.

Aku memang non muslim , tapi mencoba belajar mengenal tentang Islam meski hanya mampu sebatas kulit luar.
Bukankah ilmu itu tiada batasan , seperti sebuah hadits Nabi Muhammad. (Seorang teman memberi info bahwa ini tidaklah tergolong sebagai hadits yg shahih. Terima kasih atas koreksinya).

“Uthlubul ‘ilma walaw bishshiin”
أُطْلُبُوْا العِلْمَ وَلَوْ بِالصِّيْنِ
Artinya : carilah ilmu walaupun ke negeri China.
[diriwayatkan oleh Anas bin Malik]
Rahayu sagung dumadi

 
                                                                              S.O.T.R , Nov 2019
 

=================================================

KONSEKWEN DENGAN RESIKO ATAS PILIHAN.

 

Konsekwen Dengan Plihan_2

 

Ketika seseorang akan memulai sesuatu yg baru , pindah ke lingkungan baru , pekerjaan baru , perjalanan jauh , juga memulai sebuah hubungan asmara , pada umumnya semangat dan harapan terasa menggebu memenuhi kalbu , menyisihkan kemungkinan tantangan dan rintangan yg sudah diketahui atau diperkirakan bakal terjadi.

Daya tahan setiap orang berbeda , itu pasti … ada yg dihadang persoalan tiga kali sudah meleleh harapan , pupus semangat.
Ada yg tetap bertahan meski tertusuk duri bertubi-tubi , bahkan meski apa yg diperkirakannya terbukti , tetap berusaha untuk mencoba memulai kembali , meski dengan harapan dan semangat yg tercabik.

Bukan karena terlalu bodoh atau tidak ada pilihan yg lebih baik , namun karena apa yg akan didapat pada akhir usaha amatlah bernilai bagi orang itu , mengalahkan pengorbanan yg dilakukan.
Bila pada batas mampu dan jarak waktu ternyata gagal , … setidaknya ia sudah membuktikan nilai diri.

Seperti halnya menempuh perjalanan jauh , ada yg mempersiapkan ban serep maupun jalur alternatif , dalam menjalin hubungan , ada yg “cerdik” ( atau licik ? hahaha…) , dengan pertimbangan berbagai tantangan yg nampak , rintangan yg terbayang , maka meski berkomitmen pada seseorang , di hatinya tetap menyimpan seorang yg lain. Yg diharap akan menggantikan bila komitmen tidak lagi layak dipertahankan , keadaan tidak lagi sesuai harapan.

Egois ? Manusia khan memang egois , masing-masing hanya berbeda kadar dan penerapannya.

Rahayu sagung dumadi.

 
                                                                              S.O.T.R , Nov 2019
 

=================================================

Berbohong Dengan Jujur

 
Bharatayudha
 

Bharatayudha hari ke lima belas.
Sudah lima hari Pandhito Drona (Begawan Durno) diangkat menjadi Mahasenapati dari golongan Kurawa , menggantikan Maharesi Bhisma yg gugur dihujani panah oleh Dewi Srikhandi.

Malam hari di pasanggrahan Pandawa , semua yg hadir tampak sedih merasakan kekalahan karena kehebatan Pandhito Durno.
Prabu Bathara Kresna lalu memaparkan rencana untuk mengalahkan Pandhito Durno.

Keesokan hari di padang Kurusetra , Bima membunuh seekor gajah yg bernama Aswatama , lalu dengan suara keras berteriak : “Aswatama mati.”
Yg kemudian oleh prajurit dan senapati diteriakkan sambung menyambung hingga terdengarlah oleh Pandhito Durno.

Seketika tersentak kaget sang Pandhito. Ia lalu mendekati kereta perang Arjuno yg dikusiri Prabu Kresna.

“Anakku Arjuno , apa betul Aswatama mati ?”

“Inggih , bopo begawan , Aswatama seda.”

“Aaaah , kowe karo Kresno podo wae , ora iso dipercoyo.”

Pandhito Durno lalu menghampiri Bima , satrya yg diketahui lurus hatinya.
Satu-satunya satrya yg bisa mencari jati dirinya , bertemu dengan Dewa Ruci.

“Anak angger Bimo , apa betul Aswatama mati ?”

“Iyo , bopo Durno.”

Semakin sirna daya sang Pandhito Durno , namun ia masih belum yakin.
Iapun mencari seorang satrya yg dikenal berdarah putih , karena tidak pernah berbohong dan selalu menetapi dharma hidup.

“Anak Prabu Yudhistira , apa betul Aswatama mati.”

Sambil menunduk dan mengatupkan kedua telapak tangannya , ngapurancang ngaturaken bekti , Yudhistira menjawab.

“Inggih bopo Pandhito , Aswatama pejah . . ”

Lalu memiringkan kepalanya dan melanjutkan dengan lirih hingga tak terdengar oleh Pandhito Durno.

“. . . . . Aswatama liman (gajah).”

Mendengar bahwa anak yg dikasihinya tiada , Sang Pandhito seketika pupus semangat hidupnya , serasa terhenti aliran darahnya , tubuhnya lunglai bagai dicabut tulang belulangnya.
Ia bersujud melepas kawaca (baju zirah) dan meletakkan senjata di tanah.
Kepalanya menunduk , mata terpejam … seketika itu sang Drestajumna , Mahasenapati Pandawa segera berlari mendekati dan mengayunkan pedang , hingga putuslah leher sang Pandhito.
.
.
Apa yg bisa dipetik dari penggalan cerita Maha Bharata yg dalam kesenian wayang kulit dipentaskan dengan lakon “Durno Gugur” ?

Aku cuma memetik tentang hal yg sah-sah saja dalam perang , tetapi tidak dalam kehidupan sehari-hari , yaitu “berbohong”.

– Berbohong bukan hanya mengatakan yg tidak sebenarnya , tetapi juga tidak mengatakan yg sebenarnya.

– Jangan berbohong !! Kalaupun terpaksa harus berbohong , berbohonglah dengan jujur.

Rahayu Sagung Dumadi.
                                                                         Yoga Hart , S.O.T.R   2019
 

=================================================

Hidup  –  Masa Lalu

 

Hidup - Past Future

 

Kehidupan memang tidak mengajarkan dengan kata-kata , . . terpatah-patah atau utuh sebuah kalimat.
Tidak juga dengan suara , . . nyaring , bergumam atau terdengar lirih sekalipun.
Ia hanya memberi isyarat , musti dibaca dengan cermat , direnungkan dengan khikmat , dipahami sepanjang hayat.
Untuk tambahan bekal perjalanan yg masih menanti dan berselimut kabut pekat.
                                                                              Yoga Hart , S.O.T.R , Juli ’10

Rahayu sagung dumadi

 
                                                                              S.O.T.R , Sept 2019
 

=================================================

Hidup  –  Tabah

 

Hidup - Tabah Cobaan.jpg

 

Tabah menjalani setiap cobaan , ujian , pendadaran (apapun istilahnya) , sepertinya layak diacungi jempol , tapi bila mengalami yg serupa atau hampir sama , lagi dan lagi … sadarkah … apa penyebab cobaan itu ?
Kalau oleh “kesalahan” sama yg terulang , itu bukan tabah , tapi tidak bisa atau tidak mau memetik pelajaran dari apa yg pernah dialami , tapi kalau berulang , … bisa jadi memang bebal !

Mengatakan bahwa itu adalah kehendak TUHAN semata , hanyalah menampakkan bahwa TUHAN memberi anugrah pikiran dan perasaan sebagai penimbang ketika hendak menentukan suatu langkah , tidak dipergunakan dengan baik , benar dan bijak.

Bukankah , TUHAN tidak akan mengubah keadaan seseorang sebelum ia mengubah diri terlebih dahulu.

Rahayu sagung dumadi.

 
                                                                              S.O.T.R , Sept 2019
 

=================================================

Hidup  –  Agama

 

Hidup - Agama

 

Pada dasarnya , semua agama mengajarkan kebaikan , kebenaran , menghargai perbedaan , … persoalan utama adalah pada manusia yg meyakini dan menjalankan ajaran agamanya.

Agama bukan hanya tentang memahami Kitab Suci , sujud berdoa , mati raga (puasa , prihatin) , menjalankan perintah utama dan perintah lain , tapi yg tak kalah penting adalah bagaimana menerapkan kebaikan dan kebenaran ajaran agama tersebut , juga terhadap sesama manusia bahkan terhadap alam dan mahkluk lain.

Jadi kalau seseorang yg terlihat tekun beribadah , taat menjalankan perintah agamanya , tapi melakukan kesalahan yg semestinya sudah tidak pantas dilakukan , ataupun merasa tahu lalu mengomentari , menjabarkan , tentang ajaran , simbol-simbol , tata cara ibadah agama lain dengan menggunakan sudut pandangnya sendiri . . . BUKAN AGAMANYA YG SALAH , TAPI ORANGNYA YG BELUM MAMPU JADI CERMINAN KEYAKINANNYA SENDIRI.
.

Manakah yg lebih dahulu dianugrahkan TUHAN ALLAH SANG PENCIPTA ALAM SEMESTA kepada manusia , agama atau akal pikiran dan perasaan ?

Apakah TUHAN ALLAH mewahyukan agama karena manusia tidak bisa , tidak mau , menggunakan akal pikiran dan perasaannya dengan baik dan benar dalam menilai , mempertimbangkan , menentukan , segala persoalan dalam kehidupan ?
.

Rahayu sagung dumadi.

 
                                                                              S.O.T.R , Sept 2019
 

=================================================

« Older entries