KESETIAAN itu bukan hanya karena halal atau haram.

 

0bd91734a5f0c2357c85b336f667ce4b

 

Mereka yg memilih untuk sendiri , adalah orang-orang yg menjaga hatinya dari lara karena ketidaksetiaan pasangan yang tidak halal.
Karena mereka yakin pasangan yang telah dipilihkan ALLAH akan dia jumpai ketika waktu telah siap untuknya.

.

Hmmm… ada orang yg musti bertemu dengan orang yg “salah” terlebih dahulu agar mengerti lalu memperbaiki diri untuk suatu saat nanti dipertemukan dengan orang yg “tepat” untuknya.

“Salah” bisa bermakna ‘tidak setia’ , ‘boros/berfoya-foya’ , ‘tidak menghargai/menghormati’ , ‘tidak punya pendirian’ , dan berbagai sifat yg berpengaruh besar ketika bersama mengayuh biduk mengarungi samudra kehidupan.

KESETIAAN itu bukan HANYA karena halal atau haram.

Halal dalam kalimat dimaksud adalah pernikahan sah secara agama Islam dan sah secara hukum negara.
Bila salah seorang bukan muslim , musti mengucap dengan keyakinan dua kalimah syahadat , mulai belajar tentang Islam , barulah memulai prosesi pernikahan.

Kalau yg non muslim wanita lebih mudah , namun bila yg non muslim laki-laki , tanggung jawab sebagai imam keluarga menuntut selain memberi nafkah , pakaian , tempat tinggal , kasih sayang , iapun musti bisa mendidik , mengajar istri baik dalam agama maupun dalam bab akhlak dan adab kehidupan sehari-hari (padahal si istri lebih dulu faham , lebih dulu khatam Qur’an , hafal ayat dan hadits nabi , … akan sabarkah istri dengan ke’bodoh’an suaminya ?)

Kembali ke soal KESETIAAN.
KESETIAAN adalah sifat baik sebagaimana KEJUJURAN , KERENDAHAN HATI (Tawadhu) , dan lain sebagainya.
Ianya adalah anugrah lahir , kalaupun timbul karena kesadaran (tinarbuko/hidayah) musti dipelihara terus menerus. Artinya , kalau sebelumnya TIDAK MEMILIKI atau tidak menanamkan dengan kesungguhan sejak awal , berat teramat sulit bila hanya karena halal (pernikahan) sifat itu akan kokoh bertahan dalam hati dan jiwa.

Terlebih ketika berbagai persoalan kehidupan menghampiri , melihat pohon di halaman tetangga lebih subur dan lebat buahnya , atau -yg paling “parah”- mantan melambaikan kenangan indah , hahaha…
Yg “lebih parah” , dalam keadaan sadar dan sehat jasmani rohani , menyimpan nomer hape , contact di FaceBook , foto-foto kenangan , dan harapan suatu saat bisa menjalin silaturahmi , padahal nasehat seorang ustadz , “mulailah kehidupan baru , hapus semuanya , buanglah mantan pada tempatnya. Hehehe…

Kesempatan ke dua ?
Sebagian orang patutlah bersyukur bila kesempatan kedua selalu ada , tinggal bagaimana memanfaatkan waktu dan keadaan , bila saling melengkapi merajut kebahagiaan di dunia dan In Syaa ALLAH bersama menuju Jannah , adalah tujuan mulia pernikahan … bukan sekedar “daripada hidup sendiri”.
.

Aku memang non muslim , tapi mencoba belajar mengenal tentang Islam meski hanya mampu sebatas kulit luar.
Bukankah ilmu itu tiada batasan , seperti sebuah hadits Nabi Muhammad. (Seorang teman memberi info bahwa ini tidaklah tergolong sebagai hadits yg shahih. Terima kasih atas koreksinya).

“Uthlubul ‘ilma walaw bishshiin”
أُطْلُبُوْا العِلْمَ وَلَوْ بِالصِّيْنِ
Artinya : carilah ilmu walaupun ke negeri China.
[diriwayatkan oleh Anas bin Malik]
Rahayu sagung dumadi

 
                                                                              S.O.T.R , Nov 2019
 

=================================================